Belum banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Umumnya penyakit yang berkaitan dengan asam lambung selalu dikira sebagai dyspepsia atau maag. Padahal GERD adalah penyakit kronik yang bisa mengakibatkan kanker kerongkongan atau kanker lambung karena asam lambung bisa naik dan mengakibatkan perlukaan di kerongkongan dan beresiko menjadi kanker kerongkongan.
GERD merupakan kondisi adanya aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan yang menyebabkan gejala yang mengganggu hingga terjadi komplikasi. Aliran balik asam lambung ke kerongkongan tidak hanya menjadi pemicu sindrom GERD (seperti naiknya isi lambung ke kerongkongan atau regurgitasi ataupun nyeri dada seperti terbakar, heartburn) tetapi juga menyebabkan luka pada kerongkongan atau esofagitis. Alur balik isi lambung ini juga dilaporkan bisa menyebabkan atypical syndrome (seperti asthma reflux) yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan sulit diobati.
GERD yang tidak diterapi dengan baik dapat menyebabkan terjadinya komplikasi antara lain yaitu penyempitan kerongkongan, pendarahan kerongkongan dan kondisi yang disebut Barrett's esophagus (terjadi pembentukan jaringan pada dinding kerongkongan seperti yang ditemukan dalam usus) . Jika hal ini terjadi, perjalanan penyakit ini berhubungan dengan kanker kerongkongan.
Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai jumlah penderita GERD, tetapi dari hospital base yang dapat ditelusuri ada sekitar 20% dari total pasien yang datang ke Departemen Ilmu Penyakit Dalam menyampaikan keluhan gejala GERD dari ringan hingga parah.
Faktor risiko penyakit GERD ini antara lain :
• Obesitas.
• Tidur terlentang atau langsung tidur setelah makan.
• Merokok.
• Minuman atau makanan beralkohol.
• Kopi.
• Stres.
Kopi menyebabkan asam lambung meningkat, begitu juga stress. Stress akan mempengaruhi lambung untuk memproduksi asam lambung.
1. Turunkan berat badan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Tidur dalam posisi setengah duduk dan tunggulah hingga perut kosong. Jangan tidur langsung setelah makan. Bila akan tidur setelah makan, maka tunggulah setelah 2-3 jam.
4. Hindari rokok, kopi, coklat, alkohol, pedas, lemak, mint, bawang putih, bawang merah, makanan yang digoreng.
5. Hindari kafein dan teofilin.
6. Jangan mengobati atau membeli obat sendiri.
7. Segeralah menghubungi dokter kembali bila obat habis namun belum sembuh.
Beberapa pilihan obat untuk mengendalikan sensasi terbakar atau nyeri di dada (heartburn) :
1. Antacid untuk menetralkan asam lambung. Efek samping dari penggunaan antacid yang berlebihan adalah diare (mencret) atau konstipasi (sulit buang air besar).
2. Terapi untuk mengurangi produksi asam (H-2-receptor blockers), misalnya seperti: cimetidine, famotidine, nizatidine, atau ranitidine.
3. Terapi untuk menghalangi produksi asam dan menyembuhkan kerongkongan, yang disebut proton pump inhibitors. Untuk menghambat produksi asam dan memberikan waktu kepada jaringan kerongkongan yang rusak untuk dipulihkan. Misalnya: lansoprazole, omeprazole, esomeprazole, pantoprazole, dan rabeprazole.
4. Terapi untuk memperkuat sfingter esofagus bagian bawah disebut agen prokinetic. Kerjanya membantu mempercepat pengosongan lambung dan menguatkan katub atau klep antara lambung dan esofagus. Efek sampingnya adalah kelelahan, depresi, cemas.
5. Terapi herbal, akupuntur dan terapi relaksasi.
Pasien atau penderita sangat disarankan untuk mengkonsultasikan terapi pengobatan yang akan dipilihnya ke dokter.
SEMOGA BERMANFAAT
No comments:
Post a Comment