Friday, 26 May 2017

Tips Pengobatan Hernia Hiatus




Sebelum memasuki pengertian hernia hiatus, ada baiknya kita memahami istilah hernia itu sendiri. Hernia adalah melemahnya jaringan otot di sekitar tubuh, khususnya di area perut (abdomen), yang menyebabkan organ dalam tubuh yang ada di sekitarnya terdorong atau mencuat melalui jaringan yang melemah tersebut.

Hernia hiatus terjadi ketika sebagian lambung terdorong naik ke diafragma (otot penyekat rongga dada dan perut). Diafragma memiliki sebuah lubang (hiatus) yang berfungsi menghubungkan esofagus (pipa/saluran makanan) dan lambung. Saat terjadi kelemahan, lambung akan mencuat keluar melalui lubang ini hingga mencapai diafragma, bahkan sampai ke rongga dada.

Pada sebagian besar kasus, hiatus yang kecil tidak akan menimbulkan gejala apapun, namun saat ukuran mulai membesar,  hernia hiatus dapat menyebabkan naiknya makanan dan asam lambung ke esofagus.

Hernia hiatus banyak menyerang orang berusia di atas 50 tahun, di mana otot-otot tubuh mulai mengendur dan melemah. Menurut Esophageal Cancer Awareness Association, lebih dari separuh lansia berusia 60 tahun akan mengidap kelainan ini.


Penyebab kelemahan otot yang mengakibatkan hernia masih belum diketahui dengan pasti. Namun usia merupakan faktor risiko yang erat dikaitkan dengan hernia hiatus. Seiring bertambahnya usia, kekuatan otot diafragma akan semakin melemah, sehingga risiko untuk terjadi hernia hiatus pun akan semakin meningkat.

  • Terlahir dengan ukuran hiatus yang lebih besar dari ukuran pada umumnya.
  • Mengalami luka atau robekan di area diafragma.
  • Tekanan terus menerus pada jaringan otot di sekitar hiatus, misalnya ketika mengejan saat buang air, batuk, muntah, atau mengangkat beban berat.
  • Obesitas

  • Sliding hernia hiatus – hernia yang bergeser naik atau turun, maupun yang masuk atau keluar dari area dada (Jenis ini adalah yang paling banyak ditemui).
  • Hernia hiatus para-oesofageal, yaitu ketika sebagian lambung terdorong ke atas melalui hiatus yang berada di sisi esofagus.


Hernia hiatus yang kecil tidak selalu menunjukkan gejala seperti halnya hernia hiatus yang besar. Beberapa gejala hernia hiatus besar yang umumnya dirasakan penderitanya, antara lain :
  • Sensasi terbakar di dada akibat naiknya asam ke kerongkongan (heartburn)
  • Sulit menelan
  • Sulit bernapas
  • Palpitasi
  • Sakit di area dada atau perut
  • Bersendawa
  • Merasa sangat kenyang sehabis makan
  • Muntah darah, atau
  • Mengeluarkan tinja berwarna gelap yang menandakan terjadi perdarahan pada saluran pencernaan.


Pada beberapa kasus, hernia hiatus yang kecil tidak menunjukkan gejala maupun gangguan sehingga penderita mungkin tidak menyadari memiliki kondisi ini. Hernia hiatus mungkin baru terdeteksi ketika penderita melakukan pemeriksaan untuk gangguan lain yang dirasakannya. Dokter mungkin akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gejala yang pernah dirasakan atau hal lain yang sekiranya berkaitan dengan kondisi pasien.

Selain wawancara atau anamnesa, dokter mungkin akan melanjutkan dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan, seperti :
  • Tes darah untuk mendeteksi anemia
  • Pencitraan medis pada tubuh, seperti CT scan dan X-ray.
  • Endoskopi untuk mendeteksi peradangan dengan cara memasukkan sebuah tabung fleksibel yang dilengkapi dengan kamera dan lampu ke dalam tenggorokan, kerongkongan hingga perut.
  • Esofagram untuk mendapat gambaran yang jelas dari esofagus, perut, dan bagian atas saluran pencernaan pada hasil X-ray. Gambaran jelas dihasilkan oleh cairan kapur yang diminum sebelum pemeriksaan. Cairan ini mengandung barium yang akan melapisi saluran pencernaan atas agar mudah dilihat.
  • Manometri untuk mengukur tekanan dan pergerakan dalam esofagus dengan cara memasukkan kateter melalui hidung, esofagus hingga perut.


Pengobatan hernia hiatus biasanya ditujukan untuk meredakan gejala. Berikut adalah beberapa rekomendasi pengobatan jika penderita mengalami gejala-gejala seperti heartburn dan refluks (surutnya) asam :
  • Obat untuk mengurangi produksi asam, seperti cimetidine, nizatidine, famotidine, dan ranitidine.
  • Antasida untuk menetralkan asam dari perut.
  • Obat-obatan untuk menghambat produksi asam dan menyembuhkan jaringan pada esofagus, seperti omeprazole dan lansoprazole.

Prosedur operasi mungkin akan disarankan pada kasus hernia hiatus yang tidak membaik oleh pemberian obat-obatan. Selain itu, kasus hernia hiatus yang sangat besar kemungkinan juga harus ditangani dengan operasi. Operasi dilakukan untuk menarik lambung kembali ke posisi semula dengan tujuan mengecilkan bukaan (hiatus), merekonstruksi lingkaran otot pada hiatus agar kembali kuat, atau mengangkat hernia. Beberapa metode operasi yang umumnya dilakukan adalah :
  • Toraktomi – Metode operasi dengan cara membuat irisan tunggal pada dinding dada.
  • Laparotomi – Metode operasi dengan cara membuat irisan tunggal pada abdomen.
  • Laparoskopik – Metode operasi yang dilakukan dengan bantuan dari monitor untuk menentukan lokasi persis kelainan yang terjadi.

Selain itu, gejala hernia hiatus juga bisa diredakan dengan melakukan beberapa langkah, seperti :
  • Menghindari makanan yang bisa memicu heartburn, seperti coklat, buah yang mengandung sitrus/asam, bawang-bawangan, makanan berbahan dasar tomat, dan makanan pedas.
  • Membiasakan diri makan dalam porsi kecil sepanjang hari dibanding makan dalam porsi besar. Pada malam hari, waktu makan yang baik adalah setidaknya 2-3 jam sebelum waktu tidur.
  • Menghindari minuman beralkohol
  • Menaikkan sisi kepala kasur setinggi 15 cm jika akan tidur.
  • Berhenti merokok.
  • Menurunkan berat badan bagi yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.




SEMOGA BERMANFAAT 

No comments:

Post a Comment